Keluarga adalah sebagai suatu sistem yang terdiri atas
individu-individu yang berinteraksi dan saling bersosialisasi dan mengatur.
Keluarga merupakan tempat dimana sebagian besar dari kita mempelajari
komunikasi, bahkan bisa dikatakan tempat dimana sebagian besar dari kita
belajar bagaimana kita berpikir mengenai komunikasi. Definisi ini menekankan
hubungan-hubungan interpersonal yang saling terkait antara para anggota
keluarga, walau hanya berdasarkan pada ikatan darah atau kontrak-kontrak yang
sah sebagai dasar bagi sebuah keluarga (Brommel, 1986).
Komunikasi Orang tua dan Anak
Bentuk – bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto
(dalam Prasetyo, 2000), salah satunya adalah komunikasi orangtua dengan anak.
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga
di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin
antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman
bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak
berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Hubungan interpersonal antara orangtua dan anak muncul
melalui transformasi nilai-nilai. Transformasi nilai dilakukan dalam bentuk
sosialisasi. Pada proses sosialisasi di masa kanak-kanak orangtua adalah
membentuk kepribadian anak-anaknya dengan menanamkan nilai-nilai yang dianut
oleh orangtua. Hal yang dilakukan orangtua pada anak di masa awal
pertumbuhannya sangat mempengaruhi berbagai aspek psikologis anak-anak.
Keluarga merupakan wadah dalam hubungan interpersonal antara
orangtua dan anak yang membawa suatu proses aktivitas transformasi nilai
yang terkait dengan perkembangan anak. Hubungan interpersonal muncul
dalam bentuk komunikasi keluarga antara orangtua dan anak. Hubungan
interpersonal dalam keluarga dikembangkan dalam tahapan hubungan interpersonal
untuk mencapai tujuan komunikasi keluarga.
Pola Komunikasi Orangtua dan Anak
Mc Leod dan Chaffee memfokuskan studi mereka pada bagaimana
lingkungan komunikasi anak-anak itu lebih ditekankan pada pandangan mereka
tentang realitas sosial. Kedudukan itu telah disesuaikan bahwa anak-anak
belajar suatu gaya komunikasi melalui pengulangan dari interaksi mereka dengan
teman sebaya, guru, dan orangtua mereka. Gaya komunikasi itu anak-anak
pertahankan kemudian membentuk suatu struktur pengalaman interaksi
interpersonal. Struktur dari pengalaman interaksi interpersonal anak tersebut
membantu mendefinisikan kepribadian mereka, bagaimana mereka akan mempersepsi,
bereaksi, dan mengahadapi situasi kehidupan.
Konsep dari pola komunikasi keluarga M.Leod ini dipengaruhi
kuat oleh penelitian bidang sosiologi sebelumnya yang telah
mengkonseptualisasikan secara luas hubungan keluarga dalam bentuk dimensi
kekuatan ‘power’ (demokrasi dan otoriter). Mc Leod dan Chaffee berargumen bahwa
pelaksanaan ‘power’ termanifestasi dalam lingkungan komunikasi keluarga itu
sendiri. Pengukuran yang dirancang untuk menekankan antisipasi perbedaan dalam
keluarga dengan menekankan pada (1) keharmonisan keluarga, (2) keputusan
hirarki vs egaliter , (3) pluralis, (4) fokus pada antisipasi konsekuensi
sosial.
Komunikasi keluarga yang dikemukakan oleh McLeod dan Chaffee
dalam Turner dan West (2006), mengemukakan komunikasi yang berorientasi
sosial dan komunikasi yang berorientasi konsep. Komunikasi yang berorientasi
sosial adalah komunikasi yang relatif menekankan hubungan keharmonisan dan
hubungan sosial yang menyenangkan dalam keluarga. Dalam pola ini secara
langsung atau tidak anak diajari menghindari perselisihan dan menekan
perasaannya agar bisa menghindari perdebatan dengan orang yang lebih dewasa
atau menghindari penyerangan perasaan orang lain. Dimensi sosial ini
mencerninkan absolut atau unquestioned parental/ otoritas orang dewasa.
Komunikasi yang berorientasi konsep adalah komunikasi yang
mendorong anak-anak untuk mengembangkan pandangan dan mempertimbangkan masalah.
Komunikasi yang berorientasi konsep lebih memperhatikan aspek fungsi dan
mendorong anak menimbang semua alternatif sebelum mengambilan keputusan serta
membiarkan anak berada dalam kontroversi dengan mendiskusikan permasalahan
secara terbuka. Dimensi konsep ini mencerninkan diskusi terbuka dari
permasalahan-permasalahan dan mempertanyakan pendapat orang lain.
Dalam komposisi tinggi rendahnya kedua orientasi tersebut,
baik sosial maupun konsep, maka melahirkan empat tipe pola komunikasi keluarga
sebagai berikut;
- Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire, ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam bentuk interaksi dengan orangtua. Anak maupun orangtua kurang atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah.
- Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri.
- Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik merupakan bentuk komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung.
- Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, ditandai dengan adanya musyawarah mufakat. Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga.
Dari uraian tersebut diatas yang dimaksud pola komunikasi
dalam penelitian ini adalah pola komunikasi yang sering dipakai terhadap
penerapan fungsi sosialisasi keluarga dalam memperhatikan tumbuh kembang anak,
yang meliputi, pola laissez faire, pola protektif, pola pluralistik dan
pola konsensual.
http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59562-Psikologi%20-Komunikasi%20Dalam%20Keluarga%20%28orangtua%20dengan%20anak%20mereka%29.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar